Rabu, 19 November 2008

It’s All About Love

(QS. Az-Zukhruf : 67)
Teman-teman akrab pada hari itu sebagian menjadi musuh bagi sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang bertaqwa..
Anonymous says :
Tadi aku ketemu ‘kedamaian’, ‘kebahagiaan’ dan ‘cinta’… Mereka bertiga butuh tempat tinggal. Maaf ya, tanpa izin kamu, aku kasih tau alamat kamu.. Semoga mereka senantiasa ada bersama kamu..:)
‘My lovely brother’ Azran says :
Barangsiapa akhirat menjadi obsesinya, Allah menjadikan hatinya kaya, melancarkan semua urusannya dan dunia datang kepadanya dalam keadaan tunduk. Dan barang siapa dunia menjadi obsesinya, Allah menjadikannya miskin, mengacaukan semua urusannya dan dunia datang kepadanya sebatas yang ditakdirkan untuknya..
Nick says:
Dont let any moment leave from you life eventhough happiness or sadness, because there’s something important to learning from there, best fiend..:) :)
Seorang teman sejati selalu menemani saat duka maupun suka. Apabila temanmu ada yang seperti itu, jagalah.. Karena bagaikan mutiara di tengah samudera.
Dj says :

Jika hati adalah istana, maka cinta adalah singgasana, ketulusan adalah mahkota, kesetiaan adalah piala, kejujuran adalah tahta dan senyum seorang sahabat adalah hadiah terindah untuk selamanya..
Cece says :
Ibu melahirkan kita dengan menangis kesakitan, masih mampukah kita tertawa melihat penderitaannya, mencaci makinya, melawannya, mengacuhkannya..? Ibu memberi kita ASI waktu kita bayi, mencuci celana kotor kita, menahan derita menggendong kita seharian… Sadarilah bahwa di dunia ini tak ada satu orang pun yang mau mati demi kita selain ibu..
Lira says :

Jisue, Amore, Litua, Aishiteru, Wo ai ni, I love you..
I say :
Love is Allah.. It means, the only one we deserve to love is Allah SWT, not anything else..
What about you..?

Happy Birthday

Hidup itu cuma bentar. Bentar marah. Bentar sedih. Bentar happy…, eh bentar lagi meninggal dech… Hehe. Benar-benar bukan cara yang romantis buat ngucapin selamat ulang tahun ya… Tapi bukankan memang gak ada yang romantis jika itu menyangkut kematian? Atau singkatnya, apakah kematian itu adalah momen yang romantis?
Biasanya saat ulang tahun, kita kan diberi ucapan selamat. Selamat panjang umur, bertambah usia, dan biasanya juga diiringi dengan doa dan harapan-harapan dari yang ngasih ucapan ulang tahun itu. Trus, apa hubungannya dengan si ‘ending kehidupan’ yang bernama kematian itu?
Simple aja. Tiap hari yang kita lalui, detik-detik yang kita jalani, mestinya membuat kita menyadari bahwa sebetulnya ‘jatah hidup’ kita telah berkurang dan membawa kita semakin mendekati muara yang pasti. Hanya saja kita gak tahu kapan pastinya saat itu datang. Bisa saja sepuluh tahun lagi, dua puluh tahun lagi, enam bulan lagi, atau bisa jadi malah hanya beberapa detik lagi. Karena memang itu adalah hak prerogatif Sang Penguasa Kehidupan, dan kita sama sekali gak dikasih kepercayaan untuk mengetahui hal itu.
Pertanyaannya bukanlah kapan. Tapi apa yang sudah kita persiapakan untuk menyambut hari itu. Sudahkah bekal kita cukup. Akankah nanti kita termasuk orang-orang yang beruntung. Mungkinkah nanti kita akan berakhir indah di surga jannatul naim, atau malah terbenam selamanya di neraka?
Kita gak tahu kapan terakhir kita bisa menghirup udara dunia ini. Juga gak tahu sampai kapan lidah masih mampu berucap. Tidak tahu sepanjang apa batas usia kita dan selama apa pintu taubat masih membentang untuk kita. Tapi kita pasti kembali. Menghadap Nya, suatu hari nanti.
Tapi ngomong-ngomong soal romantis, saya mau meralat sedikit. Kematian sebenarnya adalah momen paling romantis yang pernah ada sepanjang sejarah hidup manusia, yang mestinya menjadi saat yang paling kita tunggu-tunggu. Karena itu adalah gerbang yang akan mengantar kita bertemu dan bersatu dengan kekasih abadi kita, Sang Khaliq, Allah Azza wajalla. Penghubung yang akan mempertemukan kita dengan junjungan kita, Nabi muhammad SAW.

(Buat Lira, Cece, Ratna, dan Bang Reniel… Happy Birthday)

Selasa, 18 November 2008

What Is The Love..?
















Suatu hari seorang teman bertanya pada saya. “Na, loe tau gak apa itu cinta?”
Saya terdiam sebelum akhirnya menggeleng dan menjawab, “gak, gue gak tau.”
Lalu dia bertanya lagi. “Loe pernah gak, bilang cinta sama cowok?”
Tanpa mikir, saya langsung menggeleng. “Gak. Tapi kalau bilang suka, pernah.”
Hmmm… Cinta. Pertanyaan yang bikin saya mikir.
Bukan berarti selama ini saya nggak pernah mikir sich… Tapi kali ini otak saya benar-benar seperti dicongkel. Ingatan yang udah hampir terkubur kelindes waktu akhirnya saya buka lagi.
What is the love?
Selama ini saya mati-matian berusaha memahami cinta, cinta yang sebenar-benarnya. Cinta yang bukan diartikan sempit sebagai perasaan dua anak manusia yang saling suka. Bukan sekedar emosi sesaat yang disalahkaprahkan dengan cinta.
Mengapa? Karena saya yakin bahwa itu bukan cinta, tetapi ‘cinta’. Disebut cinta, kalau pearasaan itu tidak membuat saya keluar dari batasan-batasan agama. Kalau perasaan itu mambuat saya lebih berhati-hati manjaga diri saya dan orang yang saya cintai dari perbuatan dosa. Seperti seekor induk kuda yang mengangkat kakinya agar anaknya tidak terinjak. Seperti orang tua yang rela melakukan apa saja, bahkan dirinya sendiri agar anaknya sukses dan bahagia. Cinta itu pula yang membuat Allah mengingatkan manusia untuk menjaga diri dari api neraka.
Cinta memang sedalam dan sebermakna itu.
Bagaimana dengan ”cinta”? Perasaan yang membuat kita ingin lebih dekat secara fisik dengannya, ingin berlama-lama menatapnya atau berdua-duaan dengannnya sementara belum ada ikatan yang halal atasnya. Itu bukan cinta, hanya sesuatu yang sarat nafsu dan tipu daya. Dan cinta, selamanya tidak akan pernah sama dengan “cinta”.
Cinta itu bukan sekedar mengenal dan menyukai sesuatu atau seseorang. Perasaan cinta itu lebih dalam pengaruhnya dari itu. Ia lebih mengharu biru dan merampas hati. Bahkan cinta sejati adalah cinta yang tidak memberi ruang kosong dalam hati, tidak memberi jalan sedikit pun dalam jiwa bagi yang lain selain kekasih.
Kesabaran adalah kunci jawaban yang paling tepat. Rasa itu bukan dilarang namun dikendalikan. Rasa itu diperbolehkan tumbuh subur bila sudah tiba pada saatnya. Karena mencintai dan dicintai memang fitrah manusia. Semua sudah diatur menurut porsinya agar manusia bahagia hidup di dunia dan akhirat. Dia, Sang Maha Pengasih, Sang Maha Sempurna, tidak mungkin keliru dengan perhitungan Nya.
Bukankah tidak bisa disebut kejahatan bila seorang dokter memutuskan amputasi kepada organ pasien yang dianggap membahayakan organ lainnya. Bukankah tidak dianggap kesalahan manakala seorang hakim memutuskan hukuman mati kepada seorang pembunuh berencana. Dan bukankah orangtua yang selalu menuruti segala macam kemauan anaknya tanpa seleksi justru tidak bisa dibenarkan.
Begitulah kita seharusnya memaknai keseluruhan kasih sayang Allah yang terkandung dalam tiap aturan Nya. Yang kelihatan indah dan manis belum tentu benar. Dan sebaliknya, yang nampak buruk dan pahit belum tentu salah. Ada banyak rahasia agung Nya di balik kekerdilan rasionalitas dan perasaan manusia.
Cinta, bila disikapi dengan benar, akan melatih jiwa menjadi lebih dewasa.
Jika kita mincintai seseorang karena pemberian dan kebaikannya, karena akhlak dan sifat-sifat terpujinya, maka sungguh kita lebih patut mencintai sumber nikmat dan kemurahan itu.
Allah SWT.
That is the love, the true love. Cinta pada kekasih yang tak akan pernah patah hati. Cinta yang paling tinggi, keimanan yang hakiki.


(27 Ramadhan 1429 H, Mengiringi langkah yang tertatih menuju cinta-Mu, Rabbi…)

Sahabat Sejati

Sahabat sejati bukanlah seseorang yang manis di mulut dan membujuk pada hal-hal negatif. Orang bijak mengatakan, sahabat sejati adalah teman yang mendengar dan mengerti ketika kita mengungkapkan perasaan yang paling dalam. Ia memberikan dukungan ketika kita sedang berjuang. Ia tidak melihat dari fisik dan kekayaan kita. Ia mengoreksi kita dengan lembut dan sayang ketika kita berbuat salah. Dan ia memaafkan ketika kita gagal. Seorang teman sejati mendorong dan memacu potensi kita untuk mengembangkan pribadi secara maksimum. Dan yang paling menakjubkan, ia merayakan keberhasilan kita seolah-olah itu keberhasilannya sendiri.

(Buat Ria, Metha, Lira, Ratna dan Ami. Kalian adalah sahabat terbaik yang bisa dimiliki oleh seseorang. Aku harap, di bumi manapun kalian berada, kalian akan selalu dijaga oleh Allah. Amin…)