Kamis, 20 Agustus 2009

Persimpangan

Have you ever felt like you're on a 'persimpangan'? Just like what I feel today? Pasti pernah. Rasa ketika kita harus memilih salah satu padahal kita gak mau. Gak pengen kehilangan tetapi harus.

Setiap hari kita berkutat dengan keputusan. Apakah kita akan melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Apakah kita akan melepaskan atau tidak melepaskan sesuatu. Bagiku, ini adalah perjuangan yang berat. Perjuangan yang mau gak mau, bisa gak bisa, harus dimenangkan. Perang dengan diri sendiri.

Upline ku yang luar biasa, Muhammad Ismal Zeva pernah bilang dalam perjalanan yang singkat dari stokis di Padang Baru munuju sebuah rumah makan di dekat UNP, bahwa kita bisa melakukan apapun jika itu menyangkut orang lain. Kita bisa aja berantem, bunuh-bunuhan, bahkan kita bisa aja berperang dengan orang lain. Bukan hanya untuk urusan yang gede, untuk urusan perut pun kita bisa aja jadi nekat. Tapi hanya satu orang aja yang perlu kita kalahkan kalau kita ingin menjadi orang hebat.

Lihat lah ia ke cermin. Ya, dia. Diri kita sendiri. Ego kita. Rasa malu kita. Rasa minder kita. KIta harus bisa mengalahkannya. Dan jadi pemenangnya. Karena jika kita tak pernah menang melawan diri kita sendiri, maka kita gak akan pernah muncul sebagai pemenang di manapun kita berlaga.

Dan aku menyadari bahwa hal itu benar. Sangat benar. Bahkan juga dalam kehidupan sosialku yang berhubungan dengan something called fall in love.

Setiap orang di luar sana, terlepas apakah mereka keluar sebagai pemenang atau tidak, pasti pernah mengalaminya.

Kita selalu punya alasan untuk apapun pilihan kita.

Dan aku memilih untuk melepasmu, walau aku gak ingin. Bukan karena siapa, atau apa. tapi karena aku.

Gak semuanya harus kita miliki, walaupun kita merasa itulah yang terbaik buat kita. Karena bisa saja itu bukan yang terbaik yang dipersiapkan Allah buat kita. Seperti kamu. Bukan aku merasa bahwa kamu bukan yang terbaik bagiku. Tapi aku merasa ini bukan saat yang tepat. Atau belum?

Entah lah. Tapi aku gak mau berandai-andai dengan waktu.

Terimakasih. Hadirmu memberi arti dan warna dalam hidupku. Dan aku akan kenang itu selamanya, sampai aku udah gak bisa tersenyum dan mengingat lagi. Kamu, membuat aku mengerti apa yang seharusnya aku cari, mengingatkan aku akan tujuan yang hampir terlupakan oleh semua hal yang terjadi dalam hidupku.

Aku berjanji akan menjadi yang terbaik.

Dan aku akan belajar menjadi kakak yang baik.