Senin, 05 September 2011

Labirin

Aku ingin keluar dari sini.
Apa kau tahu caranya?
Katakan padaku.

Aku terperangkap.
Tidak apa seandainya aku sendirian.
Tapi aku bersamamu.
Nama yang setiap hari ada dalam doaku.

Dan ini tidak menyenangkan.
Kau tahu kenapa?
Karena aku tak bisa meraihmu semauku.
Kau bukan milikku.
Atau belum?
Entah.

Harapan.
Keinginan.
Cita-cita.
Masa depan.

Bantu aku memahaminya.
Karena yang aku mengerti hanyalah hari ini.

Aku lelah?
Iya.
Seperti lelah yang kau rasakan.
Ini bukan semata bebanmu.
Bukan semata tugasmu.

Aku berusaha.
Kau lihat?
Sekali waktu aku salah.
Tapi setelah itu aku belajar.
Walau kadang, kemudian aku salah lagi.
Tapi aku benar-benar belajar.
Ku akui, kadang aku memang payah.
Apa kau kesal karena ternyata aku lamban?
Apa kau bosan menungguku?

Aku, yang sering kali masih saja tertegun.
Terpesona pada kupu-kupu yang mencengkeramai putik bunga.
Atau pada indahnya bentangan langit.
Atau pada hijau pucuk dedaunan.
Atau pada sulur yang melilit pepohonan.

Padahal seharusnya kita telah berada di halte berikutnya.
Aku ingin menikmati seluruh rangkaian perjalanan ini.
Bermain-main hanyalah caraku mengatasi penat.

Ah, alasan.

Baiklah, ku akui.
Di hadapanmu, aku ingin kelihatan hebat.
Kelihatan pintar.
Kelihatan tangguh.
Aku ingin kau mengingatku sebagai sosok yang seperti itu.

Tapi sebenarnya aku tidak begitu.
Dan kau memahami kekeraskepalaanku itu.

Kenapa tidak dari dulu saja ku akui kelemahanku?
Ah..
Tapi aku baru menyadarinya sekarang.
Justru setelah berkali-kali dihantam badai.

Kalau kau bertanya, sekarang aku tak bisa.
Entah.., tak bisa saja.
Bukan karena aku tak mau melepas.
Bukan.

Apa kau tahu?
Aku meminta pada Tuhan agar kau pergi saja.
Ke mana pun, terserah.
Agar aku tak perlu lagi merindukanmu.
Tapi setiap hari, setiap detik di hidupku, kau tak pernah beranjak.

Kau selalu di sana.
Dalam jangkauan penglihatanku.
Tersenyum kecil ketika mendapatiku melamun.
Mengawasiku.
Memastikan aku baik-baik saja.
Memastikan aku tak terluka.
Memastikan aku tak kekurangan apapun.

Menurutmu, kenapa Tuhan kelihatan enggan mengabulkan pintaku?
Entah.
Tapi ku pikir aku tahu.
Dan kuharap, aku tak keliru.
Kurasa, karena sebenarnya aku masih sangat membutuhkanmu.
Dan Ia tahu itu.