Aku menemukanmu tak sengaja, teronggok manis di sudut perpustakaan.
Terbuka tepat di bagian 'Teman', seolah tahu persis apa yang kubutuhkan,
seolah kamu memang tengah menungguku untuk menemukanmu. Bersampul hijau lumut dan dengan halaman-halaman hijau muda yang menyejukkan mata.
Maka akupun mulai membaca sambil terus bertanya-tanya apa kau punya
sihir? Karena sejak dari halaman pertama, aku tidak bisa berhenti
membacamu. Maka langsung saja kamu kubawa pulang, karena kamu bukanlah buku yang bisa kutamatkan dalam sekali duduk.
Benar
saja, kamu itu memang semacam buku yang belum, dan mungkin tidak akan
pernah selesai aku baca. Ketika waktu bacaku habis, maka kamu akan
kutaruh di atas meja dengan kertas penanda yang pitanya berjuntai.
Lalu kemudian aku sibuk mengerjakan pekerjaanku sambil pikiranku terus
saja padamu, menerka-nerka hendak ke mana dan berkata apa si tokoh
utamanya nanti. Kemudian ketika aku kembali meneruskan bacaan itu, aku
akan terpekik senang mendapati tebakanku tepat sasaran atau
sebaliknya merengut kecewa ketika meleset.
Seringkali bahkan di tengah pekerjaanku yang lumayan menyita
waktu, sempat-sempatnya aku menghampirimu, maksudku buku yang kupinjam
baca itu. Sekedar meniup debu nakal yang sering bandel mencoba
menempel di cover atau di helaian buku yang beberapa kali tak sengaja
kubiarkan terbuka. Atau kadang bahkan hanya untuk sekadar memastikan
posisinya masih aman atau tidak. Atau menjauhkannya dari, yah.., kadang
beberapa makhluk yang tidak kuundang datang juga tertarik ingin
bermain-main dengannya. Seperti kucing tetangga yang selalu penasaran
dengan pita kertas penandanya.
Seperti itulah kamu
mendominasi hari-hariku. Karena kamu bukan saja akan kucari ketika aku
tengah senggang. Bukan itu saja. Aku juga akan membaca ketika aku
sedang sedih, marah, galau, juga ketika sedang gembira. Ada quote-quote
singkat yang sering aku temui, yang entah dengan cara bagaimana, mampu
menjawab setidaknya beban di kepalaku. Kamu bahkan tidak perlu harus
menerangkan panjang lebar, karena memang bukan itu yang kubutuhkan.
Cukup sebuah kalimat, maka aku akan berhenti membolik-balik halamanmu.
Kau tahu? Bahkan di saat-saat ketika kau begitu jauh dalam jangkauan tetapi
aku malah terbentur dan tak tahu harus berkata apa, aku akan menarik
nafas dalam dan membayangkanmu. Bukan, bukan rupamu karena untuk itu aku
bahkan tak perlu harus memicingkan mata untuk mengingatmu. Tapi
jawabanmu, seandainya aku bicara langsung padamu. Dan itu selalu
berhasil membantuku melalui saat-saat sulit dalam hidupku.
Seperti
hari ini, ketika kau kembali jauh dari pandangan. Apa kabarmu sekarang?
Sudah lama aku tidak merasakan helaianmu lagi di jemariku. Apakah kamu
masih seperti terakhir kulihat; cover mengilap dan disampul plastik?
Tentunya. Apakah aromamu masih harumnya wangi kertas, bukan karena parfum pabrik? Semoga.
Dan semoga, tulisan yang tertera juga tidak berubah menjadi sandi
rumput sehingga aku tak perlu penerjemah, jika nanti aku berkesempatan
meneruskan bacaanku lagi. Karena ya, aku masih ingin tahu ke mana si
tokoh utamanya setelah ini.
Ah, entah seperti apa esok. Bagaimana jika kau pergi,
bagaimana jika seperti yang pernah kau tulis; impianmu yang jauh itu
terwujud, tentu aku harus mengucapkan salam. Selamanya, mengubur
dalam-dalam keinginan yang diam-diam mengakar dalam hati; membawamu ke tempat-tempat yang ingin kukunjungi. Keliling dunia.
*terima kasih, untuk persahabatan lima tahun ini.
Sabtu, 21 September 2013
Langganan:
Postingan (Atom)