Selasa, 06 Desember 2011

Marlia Na's Folder

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana; dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu.. Aku ingin mencintaimu dengan sederhana; dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.. *Sapardi Djoko Damono.

Brick walls are there for a reason: they let us prove how badly we want things. ~Randy Pausch dlm The Last Lecture~

Komitmen seorang perempuan diuji ketika laki-laki tak punya apa-apa. Tetapi sebaliknya, kesetiaan seorang laki-laki diuji ketika ia memiliki segalanya. ~Unknown~

Bila sampai pada masalah pria yang tertarik pada kita, sebenarnya sederhana sekali. Abaikan saja semua yang mereka katakan dan hanya perhatikan apa yang mereka lakukan. ~Unknown~

"Aku mencintaimu. Itu sebabnya aku tak kan pernah selesai mendoakan keselamatanmu"
— Sapardi Djoko Damono.

Kita semua mencari cinta, tapi ada bagian dalam diri kita yang memandang rumput tetangga selalu lebih hijau, bagian yang bertanya-tanya apakah ada hal lain yang lebih baik daripada yang kita dapatkan sekarang. Seolah-olah tujuan hidup kita adalah meraih segala yang terbaik. Dan dengan tololnya percaya bahwa kita mungkin tahu apa yang terbaik. ~James Maskalyk dalam A Doctor Without Borders~

Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuz) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah.

Agar kamu tidak bersedih hati atas apa yg luput dari kamu, dan tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikanNya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yg sombong dan membanggakan diri. ~QS. Al Hadiid 22-23~

‎If we make a mistake in an equation, we rub it out, no problem. But where life is concerned, there's no turning back. In the real world any decision, however insignificant, has irreversible consequences. At least, that's what life has taught me. You're very young. I've already paid a high price for my mistakes. ~The Oxford Murders~

Kau menunggunya tapi tidak mengatakan kepadanya. Itu sama saja dengan kau memintanya datang tetapi tidak menunggunya.. __Jeremy said on He's Beautiful.

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran. ~QS. Al-Baqarah : 186~

"Jangan risaukan Nikmat yang belum kita miliki, tapi risaulah akan Nikmat yang belum kita Syukuri.." Terkadang Allah menganugerahkan Nikmat melalui MASALAH & memberi MASALAH melalui Nikmat. Semoga apa yang kita terima hari ini merupakan Nikmat Allah yang terbaik untuk kita & menjadikan kita senantiasa bersyukur, Amin. (Yusuf Mansur)
Tuhan pasti telah memperhitungkan amal dan dosa yang telah kita perbuat. Kemanakah lagi kita kan sembunyi. Hanya kepadaNya kita kembali. Tak ada yang bakal bisa menjawab. Mari, hanya tunduk sujud padaNya. ~Untuk Kita Renungkan, Ebiet G. Ade~

Cinta bagi kebanyakan perempuan adalah dedikasi dalam waktu yang lama, tuntutan yang tak ada habisnya sepanjang hayat, dan semua pengorbanan itu tak jarang membuahkan kekecewaan yang besar. ~Andrea Hirata, 11 Patriot~

 “Kehidupan ini ibarat jalan satu arah. Seberapa banyakpun perubahan rute yang anda tempuh, tidak satu pun membawa anda kembali. begitu anda mengetahui dan menerima hal itu, kehidupan akan tampak menjadi jauh lebih sederhana.” -Isabel More-

Pendapat orang lain tentang diriku adalah urusan orang lain. Urusanku adalah apa pendapatku tentang diriku. Dr. Boyke.

Sesungguhnya urusanNya apabila Dia menghendaki sesuatu, Dia hanya berkata kepadanya, ' Jadilah' Maka jadilah sesuatu itu.
Maka Mahasuci Allah yang di tanganNya kekuasaan atas segala sesuatu dan kepadaNya kamu dikembalikan.
~QS Yâsîn : 82 - 83~

Tahukah kalian penguin berjodoh seumur hidup? Tn. Monell bilang, terkadang suami dan istri penguin berpisah karena pola migrasi mereka. Terkadang mereka terpish bertahun-tahun tapi selalu saling menemukan. Tahukah kalian apa yang mereka lakukan setelah saling menemukan? Melempar kepala ke belakang, mengepakkan sayapnya dan menyanyi sekeras-kerasnya!
~Definitely Maybe~

Sungguh tidak ada yang menyayangi diri kita kecuali Allah. Dan tidak pernah ada yang tahu bagaimana cara menyayangi kita, kecuali Dia juga. Kita hanya perlu membuka hati kita untuk kehadiran Allah. Selebihnya adalah kenikmatan, kenikmatan dan kenikmatan.
~Ust. Yusuf Mansur~

Kusimpan bukunya, karena hanya itu yang kumiliki darimu.
__My fave scene in Definitely Maybe.

Dan kini aku tahu ku sangat begitu dalamnya aku sungguh mencintaimu. Mungkin selama ini ku salah, tak pernah pedulikanmu setulusnya hatiku..
~Padi~

Roda jaman menggilas kita, terseret tertatih-tatih. Sungguh hidup sangat diburu, berpacu dengan waktu.
Tak ada yang dapat menolong, selain yang di sana. Tak ada yang dapat membantu selain yang di sana. Dialah Tuhan.
___Menjaring Matahari, Ebiet G. Ade.

Jangan sedih, kamu kan memang bodoh.
___Doraemon kepada Nobita pagi ini. :D

Uya : Kamu punya pacar lain?
Perempuan : punya dong, mas. Tapi jangan bilang-bilang dia ya. Yach, masa dia selingkuh tapi saya enggak, mas? Kan saya cantik.
~Uya emang Kuya sore ini.
___Ternyata kita gak pernah ngelempar apapun ke ruang kosong. Apapun akan kembali lagi kepada kita, entah kita sadari atau tidak.

Sejahat-jahatnya pencuri, ialah orang yang mencuri dalam shalat. Sahabat bertanya: Betapa ia mencuri di dalam shalatnya? Nabi saw. menjawab: ia tiada menyempurnakan rukuknya dan sujudnya. Atau nabi menjawab: ia tiada menegakkan sulbinya di dalam rukuknya dan sujudnya.
(HR. Ahmad dan Thabrani dari Abu Qatadah)

…..Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarrah (atom) di bumi ataupun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh). (QS.10:61)

Di antara pria dan wanita, mana ada teman atau adik?
*drama Korea siang ini. :D

Jangan pernah mendahului nasib…
Bermimpilah, karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi itu. Tanpa mimpi, orang seperti kita akan mati!
~ Arai, Sang Pemimpi.

"Apa yang kamu kerjakan itu akhirnya menumpuk dan menunggu untuk dibalas."
~5 cm.

Kal, kau tahu ngape aku keras kan kalian? Karena aku ndak nak kalian terbuai dan berpikir perjalanan kalian meraih mimpi-mimpi kalian itu akan mudah. Kalau nak mimpi yang tinggi-tinggi, mimpilah. tapi kau harus yakini mimpi itu dan temukan jalan terbaik buat meraihnya.
Jangan kau berpikir perjalanan menuju ke sana akan mulus, Kal, akan banyak rintangan di depan kau. Kau harus kuat menghadapinya.
Kal, kau jangan hanya pikirkan tentang diri kau. Ada ada seseorang yang luar biasa dalah hidup kau yang selaludatang ngambil rapor, dengan baju safari satu-satunya yang dimilikinya yang bahkan tidak dia pakai waktu menjumpai bapak bupati sekalipun. Dia memakainya hanya untuk kau, Kal, kau adalah kebanggaannya.
__Pak Mustar dalam Sang Pemimpi.

Jangan pernah biarkan orang lain mengatakan padamu bahwa kau tak bisa melakukan apapun. Termasuk ayah. Jika kau punya impian, kau harus menjaganya. Orang yang tidak dapat melakukan apapun untuk dirinya sendiri, mereka akan mengatakan padamu, bahwa kau tidak dapat melakukannya.
Jika kau menginginkan sesuatu, gapailah itu. Titik.
__Chris Gardner kepada anaknya; Christopher, dalam The Pursuit of Happyness.

“Saudara-saudara. Kita pemuda-pemuda rakyat Indonesia disuruh datang membawa senjata kita kepada Inggris dengan membawa bendera putih, tanda bahwa kita menyerah dan takluk kepada Inggris…”
“Inilah jawaban kita, jawaban pemuda-pemuda rakyat Indonesia: Hai Inggris, selama banteng-banteng, pemuda-pemuda Indonesia masih mempunyai darah merah yang dapat membuat secarik kain putih menjadi merah dan putih, selama itu kita tidak akan menyerah…”
“Teman-temanku seperjuangan, terutama pemuda-pemuda Indonesia, kita terus berjuang, kita usir kaum penjajah dari bumi kita Indonesia yang kita cintai ini. Sudah lama kita menderita, diperas, diinjak-injak…”
“Sekarang adalah saatnya kita rebut kemerdekaan kita. Kita bersemboyan: Kita Merdeka atau Mati.”
___Bung Tomo.

Nungguin doa dikabul itu ya kudu sabar, kudu pasrah.
__emaknya haji Sulam pagi ini.

Konon, Khalifah Umar bin Khathab ra selalu melakukan sidak sendirian, di malam sunyi, di pagi yg hiruk-pikuk, di siang yg terik atau di sore yg tenang. Dari sanalah beliau tahu "nafas" hidup rakyat sebenarnya. Kritik pedas & kecaman pahit rakyat kepadanya didengar langsung telinganya. Setiap info tentang keburukan ditindaklanjuti, si pemberi info dilindungi & diapresiasi. Hmm...
*begitulah pemimpin, sidak bukannya untuk mencari kesalahan rakyat dan menghukumnya. Makasih sharingnya, mas Dwi Bagus Mb..

Lukisan itu gak hanya sekedar kumpulan gambar. Sapi jika sendiri hanyalah seekor sapi, dan ladang jika sendiri hanyalah rumput dan bunga, dan matahari yang mengintip sari sela-sela pohon hanyalah sinar biasa, tapi jika semua itu disatukan akan menjadi sebuah keajaiban.
__Robert Baker dalam Flipped.

Baru saja berakhir. Hujan di sore ini. Menyisakan keajaiban. Kilauan indahnya pelangi.
Tak pernah terlewatkan. Dan tetap mengaguminya. Kesempatan seperti ini. Tak akan bisa dibeli.
Bersamamu kuhabiskan waktu. Senang bisa mengenal dirimu. Rasanya semuanya begitu sempurna. Sayang untuk mengakhirinya.
__Ipang, Sahabat Kecil.

Sesungguhnya kejujuran itu membawa kepada ketenangan.
__Rasulullah SAW.

Serangkum Rindu

Menikmati tepian pagi bersama secangkir kopi. Aroma ini, seolah aku tengah berada di antara pepohonan, tanah yang lembab dan perapian. *apa kabarmu, teman seperjalanan?

Kursimu tak akan pernah diduduki oleh yang lain. Karena, seperti kau yang tak bisa menjadi mereka, merekapun tak akan sanggup menjadi dirimu dan menggantikan posisimu di kursi itu.

Terlalu banyak kebetulan di sini, padahal ada seribu kemungkinan bahkan sampai tak terhingga. Tapi sebenarnya, tak pernah ada 'kebetulan' di dunia ini. Tuhan tak mungkin membuat sesuatu terjadi hanya untuk iseng-iseng saja, iya kan?

Kalaupun sekarang gelap, bukan berarti matahari itu tak ada, sayang. Kita hanya tengah berada di sisi bumi yang berbeda. Terkadang kita lelah. Wajar sajalah, kita adalah manusia yang punya keterbatasan. Kalau sudah begitu, ingat saja alasan kenapa kamu ada, maka kamu akan kuat. Kamu ada, hanya untuk mengabdi kepadaNya. Hanya itu! Dia akan menjagamu. Dan Dia juga akan mencukupimu. Percaya sajalah.

'Simpan saja rindumu itu untuk besok. Aku sudah mengantuk,' kata mata kepada hati.

'Entahlah.. Aku sudah lupa bagaimana rasanya jatuh cinta.' Kali ini otak yang menjawab pertanyaan hati.

Kamu lelah. Aku juga lelah. Masalah memang terkadang menghajar kita tanpa ampun, menguji hingga batas kesabaran. Tetapi tidak ada alasan, kita harus bisa melewatinya. Jadi, bisakah kita bicara selayaknya orang dewasa berbicara?

Kaki : 'Aku goyah. Tak kuasa lagi menopang kemauanmu, duhai hati. Sejenak izinkan aku bersimpuh, agar luka akibat tajamnya kerikil ini mengering.'

Hati kita; berada di suatu tempat di dalam genggaman Nya. Tak perlu ragu, semua pasti akan baik-baik saja..

Baiklah, sepertinya sudah tiba saatnya bagi kita untuk keluar sejenak dari kegilaan ini. Bagaimana kalau kita menyeduh teh jahe saja? Karena berhenti tanpa melakukan apa-apa, bukankah hal bodoh itu namanya?

Tak peduli apa, selalu kelebihan satu alasan untuk bertahan.

Aku berbicara di level quanta. Mungkin gaungnya tak terdengar, tapi mustahil kau tak merasa.

'Jangan tawar menawar idealisme dengan saya!' tegas hati sembari menatap ego tepat-tepat.

Jangan terlalu mudah meletakkan penilaian terhadap orang lain, sayang.. Karena kita bukanlah mereka sehingga kita tak tahu persis keadaan mereka. Bahkan kita sendiri saja tak tahu bagaimana kedudukan kita di timbangan Tuhan.

Apa menurutmu aku masih akan ke Jepang jika Sakura yang kucari telah mekar di Italy? Sudah setengah jalan. Apa lebih baik aku pulang saja? Entahlah. Mungkin aku yang salah membaca peta. Atau mungkin sedari awal Sakura itu memang tak pernah ada di sana.

Kopi ini, masih sehangat biasanya, di mana potongan rindu terlarut sempurna dalam wanginya. Terima kasih, telah menjaga (hati)ku.

Apapun akan kuhadapi. Tapi tidak untuk berbagi hati. Bagaimanapun adanya diriku, ku ingin hanya ada aku saja, tak suka ada pembanding walaupun pada akhirnya tetap akulah pemenangnya.  ~Terima kasih. Senang pernah mengenalmu, uni..~

Aku pun pernah begitu, hanya ingin didengarkan saja.. Cuma bisa berharap yang terbaik untukmu. Maafkan aku, dan juga untuk janji yang belum bisa kulunasi.

Jangan memuji perempuan lain cantik di depanku, sayang. Karena di telingaku, itu terdengar seolah kau tengah membanding-bandingkan aku dengannya.

..di antara rintik yang berpacu menyembah bumi, kembali hujan memayungi kita. Entah dengan cara bagaimanakah tanya akan menemui muara, nanti. Aku hanya percaya.

Gerimis kali ini benar-benar menghangatkan hati, dan kau memanggilku dengan namaku. Terima kasih telah menopang gundahku.

Kamu tahu? Jalan berliku ini sungguh melelahkan. Jadi, maukah kau, selalu berdiri di tempat yang bisa ku lihat? Karena aku hanya manusia biasa, sayang. Setangguh apapun aku, semangatku bisa saja layu dan gugur ke tanah.

Aku pikir, segala sesuatu terjadi mungkin memang sudah seharusnya terjadi. Sejanggal apapun kelihatannya suatu benda, jika kita mau sedikit bersusah payah mengelilingi dan melihat dari sisi lainnya, maka kita akan mengerti bahwa memang di sanalah sesuatu itu seharusnya berada.

Aku tahu, kau tak bertanggung jawab untuk ketidakbahagiaanku. Setidaknya itu juga yang dikatakan oleh artikel-artikel motivasi yang pernah aku baca. Aku pun tidak menyalahkanmu. Aku hanya ingin memberitahumu betapa tidak enaknya tidur dibayang-bayangi mimpi tentang kamu. Itu saja. *next project. *semangat..!

Tuhan lebih tahu apa artimu bagiku. Hanya ingin mengatakan itu saja. Karena aku tak pernah punya cukup kata untuk menggambarkan perasaan ini, walaupun aku ingin kau dan seluruh dunia mengetahuinya.

Tuhan, jika jalan menuju impian memang harus seberliku ini, maka hamba mohon berikanlah hamba sepasang mata yang terang. Agar hamba tak salah membaca peta walau dalam remang sekalipun. ..aamiin..

Dengarkan saja aku. Jangan kau bantah. Jangan kau pasang raut tidak setujumu. Jangan mengatakan aku harus begini harus begitu, tak boleh begini tak boleh begitu. *masih ingin egois.

Aku sedang meminta kesabaranmu. Apa kau sanggup melepasku belajar dan mendekapku kembali saat ku lelah, salah, bahkan mungkin kalah? Mungkin aku akan terluka di perjalanan nanti, apa kau bisa merawat sakitku tanpa kau harus bertanya kenapa dan bagaimana? *egois berlanjut. :D

Ku titip rindu pada langit, biar hujan yang menyampaikannya padamu.

Dan ya, harus ku akui, bintang itu masih tetap sama di mataku, di hatiku. Bahkan lebih indah. Karena gelap membantuku mengenalinya.

Beri aku waktu, satu tahun dari sekarang. Jangan tanya kenapa; kau tahu jawabannya. Jangan tanya bagaimana; aku pun tak tahu caranya. Lihat saja.

Aku tak peduli kau menamakan ini nekad atau apa. Aku hanya yakin; impian ini sedang menyusun diri.

Paradoks. Apa kau tahu, bagaimana rasanya ketika bertahan dan menyerah di saat yang bersamaan? Aku tahu. Apa kau tahu bagaimana rasanya tertawa dan menangis di detik yang sama? Aku tahu. Orang bilang, mustahil merasa bahagia dan sedih dalam satu waktu. Tapi aku bisa. Menurutmu, harus ku beri nama apa perasaan ini?

Aku sudah tidak lagi menitip rindu lewat malam, hujan, atau pun embun. Tapi langsung padaNya, Pemilik Jiwamu, sayang.

Aku tak lagi perlu bertanya dan bertanya-tanya tentang kapan dan bagaimana. Tapi hanya sedang menanti keajaiban.

Tidak ingin egois lagi. Baiklah. Maukah kamu mengajari aku mendayung sebelum badai datang dan menenggelamkanku, please..

Cinta belum lewat. Ia masih berada di tikungan kemarin, di tempat di mana aku meninggalkannya, sayang. Dan aku telah berjanji untuk menjemputnya ketika aku kembali nanti. Maafkan aku, sepertinya akan terlambat sampai di rumah. Aku masih di sini, masih berjuang untuk pulang.

Apakah kedudukan kita masih satu sama? Kamu yang tak pernah mau merasa kalah dari aku. Yang ujung-ujungnya kita malah berdebat berjam-jam untuk semua hal yang gak penting. Seperti cuaca, padahal walau kita mau perang mulut seperti apapun yang namanya hujan kalau mau turun ya tetap akan turun juga.

Oh, ayolah..., kalau kamu mau, kamu kan bisa langsung ambil aja. Gak perlu curang begitu. Rugi. Soalnya kalau ternyata nanti di kemudian hari terbukti bahwa yang mau kamu ambil itu bukan hak kamu, entah dengan cara bagaimana pasti bakal lepas juga dari tanganmu.

Qlo udah begitu, kamu cuma dapet capenya doang. Udahlah curang, eh yang diambil dengan susah payah itu malah ilang.

Aku, kamu, dia; kita; pion-pion sempurna rencanaNya. Kerjakan saja bagianmu, aku juga hanya akan mengurus urusanku. Ada hal-hal yang kita hanya bisa menampak kulitnya tapi tak tahu isinya. Bijaksanalah.

Hanya sedang ingin bermanja dengan luka. Ya. Hati ini masih bayi. Rapuh. Akan ada saatnya ia terbang. Nanti.

Aku menyukai senyummu, fragmen kecil yang kusimpan di sudut hati. Hangatnya membekas di sini. Coba katakan, alasan apa hingga aku tak boleh menginginkan dan memintanya?

Rindu ini sudah tak lagi bertepi. Jadi, jika nanti aku pergi, ku tunggu kau di gerbang abadi.

Hari ini, aku tersenyum. Ya, kamu, keindahan yang kusimpan di dalam hati. Banyak yang bertanya apa artimu bagiku, tapi hanya bisa kujawab dengan senyuman.

Terlalu indah, sayang, hingga aku takut, kata-kata nantinya malah akan merusak keindahannya.

Jika ada tempat terakhir yang ingin kukunjungi, itu pastilah hatimu. Agar sepeninggal aku, kamu tak perlu lagi mencari sebelah hatimu yang dulu telah kucuri.

Jangan dipaksa kalau memang kamu tak kuat. Kamu tak mau hatimu berdarah 'kan?
Kamu baik-baik ya di sana. Selamat meraih mimpi, sayang..

Menikmati tepian pagi bersama lagu tentangmu. Apa kabarmu, kawan? Semoga baik-baik saja. Meskipun aku tak selalu bisa mendoakanmu, Tuhan pasti tak akan lengah menjagamu. Selalu.

...dan hujan, masih setia memainkan lagu yang sama di telingaku, menghangatkan hati selalu : rindu.

Maaf, otakku itu kecil. Jadi, tolong jangan memakai bahasa isyarat, sayang. Aku takut nanti dia akan pecah mengartikannya.

You are my wings to fly. Take care.

Jika yang kamu minta itu adalah berlian terbaik, maka wajar saja jika jam tunggunya lebih panjang dan harganya lebih mahal.

Aku hanya ingin tahu kabarmu, kawan. Apakah kamu bahagia hari ini?
Sungguh ku berharap, Tuhan menjawab semua doamu dengan anggukan, walaupun mungkin kau harus menunggu hingga beberapa saat hingga apa yang kau inginakan sampai ke telapak tanganmu.

Aku hanya ingin menjadi manusia saja; yang tidak memakan bangkai saudaranya sendiri dengan menceritakan keburukannya di belakangnya, baik itu fakta ataupun prasangka.
Bukankah Tuhan telah mengharamkan atasku darah dan kehormatan saudaraku?

Sesekali, aku ingin menari bersama hujan. Tak perlu takut dingin. Tak perlu risau basah. Tak perlu cemas lumpur.
Tapi aku tidak akan menangis, walau airmataku tak akan kentara dibasuh hujan. Aku hanya ingin merasakan guyurannya saja. Karena dengan begitu, luka ini tersapu. Hilang.
Hanyut. Meresap dalam ke pori-pori bumi.

Sedang menunggu kabar buruk. Apakah kamu yang akan mengantarkannya tepat ke mukaku?

Tidak ada kabar baik ataupun kabar buruk, tergantung kamu menyikapinya bagaimana. Putih bisa saja terlihat abu-abu kalau kamu melihatnya memakai kacamata hitam.
Have a nice Sunday. Semoga akhir pekanmu menyenangkan, kawan.

Terima kasih sudah mau berusaha meluangkan waktu. Begitu pun sudah cukup berarti bagi saya.
Sampai ketemu lagi, nanti. Insya Allah.


Males mikir, males bertanya dan bertanya-tanya. List aja di dream book. Untai dalam doa. Begitu lebih baik daripada kamu gak tau mau ngapain. Biar hati yang akan menuntunmu, harus melewati jalan yang mana.
Banyak hal yang gak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Setidaknya, sekarang. Tunggulah satu, dua, tiga bulan lagi. Mungkin satu atau dua tahun lagi. Maka nanti, ketika keajaiban itu merupa, kamu akan berdecak menyadari bahwa sesungguhnya dia telah bekerja. Bahkan sejak dari pertama kamu memikirkannya.

Ya Rabb.., tempatkan selalu orang-orang yang saya cinta dalam penjagaanMu. Karena yang bisa saya lakukan hanyalah menyapa mereka dalam doa.
..aamiin..

Jumat, 02 Desember 2011

A Tribute To Elang Prabu Hadi

Kamu pernah bertanya, apakah saya akan menangis ketika kamu sudah tidak ada lagi. Waktu itu saya tidak menjawab apa-apa. Karena airmata sudah mengambang di pelupuk. Tapi sekarang saya baru tahu jawabannya. Tidak, Lang, saya tidak menangis. Jangankan sampai jatuh berguliran di pipi, mengambang di pelupuk mata pun tidak.

Tidak, bukan. Bukannya saya tidak merasa kehilangan. Bukan begitu. Saya sedih kehilangan kamu. Terasa seperti ada lubang besar di hati, tempat yang tak akan pernah bisa digantikan oleh apa pun selain mungkin hanya kenangan kamu saja yang akan bisa menempatinya. Kamu tidak akan pernah kembali. Ledek-ledekan sama saya lagi. Menyanyi. Chatting.

Iya. Saya memang tidak menangis. Sekuat mungkin saya menahan airmata ini agar tidak tumpah. Tidak ketika chatt dengan Dzulfi dan Elin, atau bahkan ketika berbicara dengan Elvi di telepon sekali pun. Tidak. Entah kenapa, saya seolah merasa kamu tidak ingin kami menangis untuk kamu. Kamu hanya pulang. Suatu hari, kami pun akan menyusul, entah kapan. Mudah-mudahan saja nanti kita dipertemukan oleh Allah. Aamiin..

Tidak ada satu pun yang kamu tinggal buat saya. Tidak ada foto. Bahkan foto Semerumu belum lagi sempat saya download tapi kamu udah terlanjur tutup akun. Bahkan kita ketemu pun belum sempat. Haha, keterlaluan yak. Tapi ya sudah. Ketemu di mimpi pun saya tidak berharap. Saya tidak ingin memberatkan kamu.

Karena kamu teman terbaik saya. Yang mempercayakan pacarnya untuk saya jaga ketika kamu udah gak ada. Padahal kamu gak begitu kenal siapa saya. Siapa tahu saya cuma orang jahat yang pura-pura deketin pacar kamu untuk saya tipu atau apa gituu.. Tapi kamu mempercayai saya.

Lang, semua akan baik-baik saja di sini. Dan saya yakin kamu juga pasti sudah bahagia di sana dan tidak suka melihat kami menangisi kamu. Keinginan terakhir kamu untuk ketemu sama ibu kamu telah terpenuhi. Kamu juga udah ngasih kenangan yang indah buat kita. Tiga puluh lagu, bahkan mungkin lebih. Ah, padahal kamu sedang sakit parah tapi masih sempat-sempatnya menggelar konser tunggal buat kita.

Setelah ini, saya tidak ingin posting apa-apa lagi di dinding saya yang menggambarkan bahwa saya berduka. Kamu harus tenang di sana. Seperti yang kamu minta, saya akan menyapamu dalam doa. Kami akan menyapamu dalam doa.

If you know how many hearts are touched by everything you do, you'd know that love and gratitude will always felt for you.


__1 Desember 2011

Aku Tidak Marah, Hanya Kecewa

Bagaimana mungkin ku bisa membaca sesuatu,
bila mata itu kini tengah memandang ke tempat lain.

Bila kau sedih, bagaimana bisa bibirmu melengkung senyum untukku?
Bila kau benci, bagaimana bisa kau sapa aku dengan namaku?

Bagaimana bisa kutebak isi hatimu bila yang ku tatap hanya punggungmu?

Berbaliklah..
Beritahu aku pasang surutmu, agar ku tahu apa yang bisa kulakukan untukmu.
Ceritakan aku suka dukamu, agar kutahu apa yang bisa kuberikan padamu.
Berbaliklah..
Ah, tidak hanya itu, tapi bicaralah..
Agar kutahu apa yang bisa kubagi denganmu.

Aku masih ada, jangan berbuat seolah aku sudah tak ada.
Jika menurutmu lukaku adalah lukamu juga, begitu juga sebaliknya bukan?

Bukankah engkaupun tahu..
Sahabat tak sesederhana mengingat sejumlah raut dan nama.



*bahkan ubi pun butuh air butuh tanah untuk tetap bertahan hidup, kan?

__10 November 2011

Rabu, 16 November 2011

0 Atau 100%

Ada banyak keputusan yang telah saya ambil dalam hidup ini. Sebagiannya saya jalani tanpa tahu apakah itu terbaik atau tidaknya bagi saya. Mungkin juga malah keputusan itu ternyata sama sekali salah dan harusnya tidak pernah saya ambil. Beberapa kali bahkan terbukti menghadirkan penyesalan yang luar biasa di kemudian hari.

Seperti hari ini. Saya telah memutuskan. Yang mungkin bagi sebagian orang itu terkesan absurd dan tak masuk akal. Terkesan nekad, atau mungkin bunuh diri. Tapi saya sudah tidak punya waktu lagi untuk berbalik ke belakang. Mungkin nanti takdir akan berkata lain. Mungkin juga saya nantinya akan menyesal. Tapi yang saya tahu, apapun yang telah saya putuskan, saya harus menjalaninya sampai akhir.

Hingga nanti Tuhan memberikan keputusanNya.

Karena saya telah meminta kepada Tuhan. Pasti lucu sekali kalau kemudian saya menyerah padahal doa saya masih menggantung di kaki langit. Tuhan pasti marah kepada saya. Ketika Dia sudah akan memberi karena sebelumnya saya gigih meminta, tiba-tiba saja saya malah duduk meringkuk di pojokan, berhenti menadahkan tangan. Bukankah Dia tidak suka pada mereka yang berputus ada dari rahmatNya?

Karena itu, saya akan tetap di sini. Jikapun yang saya minta ini salah, saya yakin Tuhan tidak akan membiarkan saya tersesat terlalu lama. Seperti seorang ibu yang dengan penuh kelembutan mengarahkan anaknya memilih yang lain karena ia tahu kebanyakan makan permen cokelat tidak baik untuk gigi anaknya, walau sang anak terus-terusan merengek meminta.

Tuhan akan menjawab doa-doa saya dengan cinta. Karena memang begitulah Ia.



*Tuhan, beri saya kekuatan untuk menjalani ini dengan tabah.

Senin, 14 November 2011

Etalase Bunda

Aku menamai ruangan kecil ini begitu. Mengenangmu. Karena waktu Ria melahirkan, kamu yang menyarankan agar aku memakai panggilan bunda ketika aku membahasakan diriku sendiri dengan 'tante.' Katamu, panggilan tante itu terkesan jauh, padahal temanku itu adalah teman terdekatku. Sampai hari ini, siapa pun temanku yang memiliki anak, aku meminta mereka memanggil aku dengan sebutan bunda, bukannya tante.

Ah, padahal waktu itu aku rikuh juga. Bagaimana tidak? Di dalam pikiranku, bunda itu haruslah seseorang dengan sense of keibuan yang tinggi. Perempuan banget. Alias feminin. Sementara aku? Walaupun pakai rok, tetap saja masih suka memakai sandal gunung ke mana-mana. Minus asesori seperti cincin dan gelang. Apalagi make up semacam lipstick, eye shadow dan blush on.

Tapi kamu dengan santainya bilang, 'trus kenapa kalau kelihatannya tidak feminin, apa gak boleh dipanggil bunda?' Aku jadi mingkem. Iya juga ya.., emangnya kenapa dengan panggilan bunda?

Tapi lama-lama, aku jadi menyukai panggilan itu. Bunda. Terima kasih, ya..

Ah, ngomong-ngomong, Lina memanggil kamu Nobita. Setelah sebelumnya kita sepakat menamaimu dengan sebutan Kakak Jangan Pergi. Hahaha. Maaf ya, kalau aku juga ikut-ikutan si bibik memanggilmu dengan sebutan Nobita. :P

Senin, 05 September 2011

Labirin

Aku ingin keluar dari sini.
Apa kau tahu caranya?
Katakan padaku.

Aku terperangkap.
Tidak apa seandainya aku sendirian.
Tapi aku bersamamu.
Nama yang setiap hari ada dalam doaku.

Dan ini tidak menyenangkan.
Kau tahu kenapa?
Karena aku tak bisa meraihmu semauku.
Kau bukan milikku.
Atau belum?
Entah.

Harapan.
Keinginan.
Cita-cita.
Masa depan.

Bantu aku memahaminya.
Karena yang aku mengerti hanyalah hari ini.

Aku lelah?
Iya.
Seperti lelah yang kau rasakan.
Ini bukan semata bebanmu.
Bukan semata tugasmu.

Aku berusaha.
Kau lihat?
Sekali waktu aku salah.
Tapi setelah itu aku belajar.
Walau kadang, kemudian aku salah lagi.
Tapi aku benar-benar belajar.
Ku akui, kadang aku memang payah.
Apa kau kesal karena ternyata aku lamban?
Apa kau bosan menungguku?

Aku, yang sering kali masih saja tertegun.
Terpesona pada kupu-kupu yang mencengkeramai putik bunga.
Atau pada indahnya bentangan langit.
Atau pada hijau pucuk dedaunan.
Atau pada sulur yang melilit pepohonan.

Padahal seharusnya kita telah berada di halte berikutnya.
Aku ingin menikmati seluruh rangkaian perjalanan ini.
Bermain-main hanyalah caraku mengatasi penat.

Ah, alasan.

Baiklah, ku akui.
Di hadapanmu, aku ingin kelihatan hebat.
Kelihatan pintar.
Kelihatan tangguh.
Aku ingin kau mengingatku sebagai sosok yang seperti itu.

Tapi sebenarnya aku tidak begitu.
Dan kau memahami kekeraskepalaanku itu.

Kenapa tidak dari dulu saja ku akui kelemahanku?
Ah..
Tapi aku baru menyadarinya sekarang.
Justru setelah berkali-kali dihantam badai.

Kalau kau bertanya, sekarang aku tak bisa.
Entah.., tak bisa saja.
Bukan karena aku tak mau melepas.
Bukan.

Apa kau tahu?
Aku meminta pada Tuhan agar kau pergi saja.
Ke mana pun, terserah.
Agar aku tak perlu lagi merindukanmu.
Tapi setiap hari, setiap detik di hidupku, kau tak pernah beranjak.

Kau selalu di sana.
Dalam jangkauan penglihatanku.
Tersenyum kecil ketika mendapatiku melamun.
Mengawasiku.
Memastikan aku baik-baik saja.
Memastikan aku tak terluka.
Memastikan aku tak kekurangan apapun.

Menurutmu, kenapa Tuhan kelihatan enggan mengabulkan pintaku?
Entah.
Tapi ku pikir aku tahu.
Dan kuharap, aku tak keliru.
Kurasa, karena sebenarnya aku masih sangat membutuhkanmu.
Dan Ia tahu itu.

Sabtu, 16 April 2011

10 April 2011

Coba katakan padaku, apa aku harus pulang hanya karena langit berubah warna menjadi kelabu, sementara hujan belum tentu akan turun?

Lupakah dirimu, kawan, akulah yang telah mengajakmu memilih jalan ini.

Lupa jugakah kamu, bahwa sebelumnya aku telah pernah berada di dalam badai. Pernah jatuh. Pernah tersesat. Pernah terbakar terik matahari. Dan kau lihat, aku sekarang baik-baik saja. Seperti kamu.

Jika memang kelabu itu harus menjadi hujan, atau bahkan badai sekalipun, apa pikirmu aku terlalu sombong bila kukatakan aku akan bersiap menghadapinya?

Jalan pulang sama saja jauhnya dengan tujuan. Jadi, kenapa tidak kita tuntaskan saja perjalanan ini. Karena aku pun telah lelah bertanya dan bertanya-tanya, kawan. Apalagi mengeluh. Sudahlah, lebih baik kita menghemat tenaga kita untuk melangkah saja. Kita akan tahu jawabannya ketika kita sampai nanti.

Memeluk Rindu

Hari ini, mengenang hari yang telah lalu. Hari ketika kabut menutupi tubuh kokohmu, Merapi. Hari di mana kabut yang sama juga menudungi hatiku. Menjadikannya sendu. Juga hari di mana pagi diawali dengan gerimis. Gerimis yang sama pun membasahi pipiku ketika aku dengan terbata menelepon seorang sahabat, mengumpulkan serpihan semangat yang telah menguap sejak semalam.

Lucu sekali hari itu. Ketika aku dengan percaya dirinya berkata bahwa aku tak akan membiarkan diriku untuk tidak bahagia walau apapun yang terjadi. Bahwa aku, tak akan mengizinkan diriku jatuh dan terluka. Padahal, memangnya apa yang ku tahu tentang masa depan? Mungkin memang, perjalanan yang sejauh ini masih dapat ku tempuh dan aku baik-baik saja. Tapi esok belum tentu. Bisa saja badai yang menantiku malah berkali lipat lebih hebat dari kemarin.

Tapi tahukah kamu? Hati ini masih hati yang sama seperti hari itu. Masih sekuat itu. Masih sekokoh itu. Padahal sebenarnya, aku tahu bahwa aku tidaklah setangguh itu. Terlalu banyak malam hingga jumlahnya tak lagi terhitung yang kulalui dengan galau, ragu, dan bahkan airmata. Telah terlalu sering aku merasa ingin menyerah dan pergi saja. Tapi aku masih di sini.

Berdiri di sini, memeluk rindu.

Entah kekuatan dari mana, aku pun telah lelah bertanya. Maka kubiarkan saja mengalir. Aku percaya, Tuhan tak akan membiarkan aku salah arah.

Dia, tidak akan pernah membiarkan kita salah arah.

Sabtu, 19 Maret 2011

Antara 'Cinta' dan Cinta; Tentang Sebuah Pembuktian

Siang-siang panas begini, kayaknya enak juga kali ya ngebahas yang agak-agak panas juga. Dan sepertinya tema tentang cinta, cukup bikin gerah ya. Hahaha.

Setiap orang punya pendapat masing-masing soal cinta. Ada yang meyakini bahwa cinta harus diekspresikan dengan kata-kata. Ada yang merasa harus dibuktikan. Ada yang merasa harus memproklamirkan hubungan biar semua orang tahu status hubungan. Tapi ada juga yang sebaliknya.

Gak ada yang salah sebenarnya. Karena itu kan hak kita masing-masing. Tetapi, mencermati yang belakangan ini sering kita lihat, saya suka gak habis pikir. Terlalu banyak cinta yang kebablasan menurut saya.

Bohong saja bila ada yang mengaku cinta tapi gak ada buktinya. Begitu kan? Minimal ya diungkapkan lah.. Dikasih tau sama yang bersangkutan. Atau dengan perbuatan, kasih liat ke dia kalau kita peduli, perhatian, dan lain-lain yang intinya kita sayang padanya.

Tetapi seringnya, ketika cinta menuntut pembuktian, kenapa harus selalu fisik yang jadi pilihan? Begitu banyaknya kita melihat laki-laki dan perempuan bukan muhrim saling melingkarkan lengan ke tubuh pasangan masing-masing.

Pegangan tangan itu cuma sebagian kecil lho. Qlo diibaratkan dengan jenjang pendidikan, itu baru setingkat SD. Masih kecil. Selanjutnya apa? Qlo sekolah, gak mungkin gak naek kelas kan, yaa...

Semuanya selalu berawal dari hal-hal kecil yang dibiasakan. Termasuk juga soal pembuktian 'cinta' ini. Nantinya, gak perlu kagetlah kita qlo tiba-tiba ada anak yang gak ketauan siapa bapaknya.

Saya bilang ini 'cinta' pake tanda kutip, karena sudah jelas ini bukanlah cinta. Gampang saja membedakannya sebetulnya. 'Cinta', hanyalah emosi sesaat yang sarat nafsu. Cinta, justru lebih dalam dari itu. Lebih bermakna. Lebih menjaga. Memang, di mana-mana, yang namanya cinta tidak mungkin tidak diikuti oleh nafsu. Tapi dia bisa mengendalikannya.

Mengenai ini, saya pernah diketawain seseorang. Zaman sekarang, gak ada yang namanya pacaran itu gak pake pegangan tangan. Qlo mau cari orang yang begitu, sama anak SMP aja gih. Begitu katanya. Duh, saya cuma bisa senyum. Emangnya apa yang salah dengan berusaha tetap menjaga diri, walau cuma sebatas pegangan tangan sekalipun? Rasanya miris, jika cinta harus dinilai sedangkal itu.

Nah, trus, gimana qlo ternyata di kemudian hari terbukti bahwa pacar itu bukanlah jodoh kita yang akan mempersunting kita? Apa kita akan nyaman mengulang aktivitas yang sama dengan pacar yang baru lagi? Ini terutama buat perempuan, kaum saya, yang hanya punya satu mahkota. Jika laki-laki itu mencintai kita, maka dia pun akan ikut menjaga mahkota itu. Walaupun belum tentu nanti kita akan jadi istrinya atau tidak.

Bukan hanya masalah kontak fisik. Begitu pun dengan kata-kata mesra dan yang katanya romantis. Ayah saya bahkan memperingatkan, banyak bicara itu banyak bohongnya. Nah lho.. Ayah saya laki-laki juga kan? Saya setuju dengan kata-kata ayah. Janji-janji manis dan rayuan, bukanlah bukti bahwa seseorang mencintai kita. Itu malah hanya akan mengurangi nilai dari cinta itu sendiri.

Saya lebih setuju jika cinta membuat kita bersemangat meraih impian-impian kita, bukannya menghabiskan hari dengan menghayal dan membayangkan wajah orang terkasih itu. Cinta itu perasaan yang nyata, dan mestinya tidak membuat kita hidup di alam mimpi dan angan-angan, dengan begitu banyak pengandaian.

Terkadang rasanya saya agak ekstrim juga ya. Memang saya tidak memilih pacaran. Tetapi menurut saya, tidak ada yang salah dengan cinta yang tumbuh sebelum menikah. Hanya saja saya lebih setuju jika perasaan itu membawa kedua insan tersebut untuk berjuang demi cinta yang halal. Itu saja. Karena menurut saya, begitulah seharusnya pembuktian cinta itu.



*Rabbi, untuk mereka yang tengah meniti jalan menuju cinta yang Engkau ridhoi, mudahkanlah ya Allah..

Surat Untuk Jodohku

Pena dan kertasku telah siap. Tetapi otakku tiba-tiba macet. Aneh. Padahal sebenarnya aku sangat bersemangat untuk menulis tentangmu. Banyak yang ingin kuceritakan padamu yang bahkan sudah ada konsepnya dalam kepalaku. Tapi setiap kali ingin memulai, aku malah bengong. Kenapa ya? Apa jangan-jangan karena terlalu banyak hal yang ingin dikatakan, makanya otak ini bingung mau milih yang mana. Bisa jadi. Atau mungkin seperti yang temanku bilang, karena kamu terlalu istimewa ya?

Tentu saja dia istimewa, karena dia adalah seseorang untukmu. Karena dialah yang telah menyentuh hatimu dengan apa adanya dirinya, dengan segala kekurangan dan kelebihan dirinya. Padahal tawaran untukmu bukannya tak ada hingga kau memilih dia. Tapi kenyataannya, hanya dialah yang bisa membuatmu tak bisa mengalihkan perhatian pada yang lain, dan bahkan mencarinya ketika ia menghilang karena sesuatu.

Dia istimewa. Karena telah menjadi bagian dari harapanmu, menempati ruangan khusus dalam bilik impianmu. Dan terutama sekali, dia istimewa karena dia telah menjadi bagian dari doa-doamu.

Seperti kamu.

Adanya dirimu, telah menjadi cermin bagiku. Tempat aku melihat lebih jauh ke dalam diriku sendiri. Berkaca tentang kelemahan dan kelebihanku yang bahkan sering tak terlalu kuhiraukan karena aku terlalu sibuk mengejar mimpi. Apa aku terdengar sebagai seseorang yang terlalu ambisius? Mungkin aku memang begitu.

Kau yang tak pernah mengatakan tidak, walau apapun yang aku minta. Kau yang tak pernah membiarkan aku menunggumu, apalagi sampai bertanya-tanya tentang dirimu. Kau yang selalu sabar menjawab pertanyaan-pertanyaanku. Kau yang memberikan bahumu menjadi sandaranku, penopang goyahku, pendorongku. Mengetahui bahwa di belahan bumi ini ada seseorang yg menginginkan aku tersenyum selalu, membuatku tegar menjalani hari.

Di dekatmu, aku bahagia menjadi diriku. Tak pernah kau minta aku menjadi yang lain selain aku. Tak ku dengar kritikmu ketika terkadang sikapku jauh dari anggun. Tak pernah protes walau apa pun yang aku pakai. Tak ada celamu ketika sifat keras kepalaku kambuh. Yang ada hanyalah senyum, dan pemakluman luar biasa. Dan seolah matamu berkata, 'ya, itulah kamu, Na. Jika tidak begitu, berarti bukan kamu namanya..'

Kau bukan saja istimewa. Tapi kau pun membuatku merasa istimewa.

Karena itulah, maka kuputuskan untuk tidak jadi menuliskannya untukmu. Tidak dalam bentuk surat. Atau sms. Cukup kau tahu bahwa kau berarti untukku dari caraku mencintaimu saja. Dengan aku selalu berusaha menjaga dan memperbaiki diriku. Agar pada saatnya nanti, kau akan selalu merasa menjadi orang yang paling beruntung di dunia ini karena memiliki aku.

Waktu telah mengantarkan kita pada detik ini, tetapi aku masih terpesona pada keajaiban ini, sobat. Betapa bahkan alam pun berkonspirasi mempertemukan kita. Apa menurutmu itu hanyalah kebetulan belaka? Pastilah tidak. Mungkinkah Tuhan tengah bermain-main dan mengenalkan kita tanpa maksud apa-apa selain iseng?

Bahkan kamu saja selalu berpikir sebelum bertindak.

Jujur saja, terkadang keraguan itu hadir jua menghampiri. Benarkah kau orangnya? Kenapa? Sejujurnya, aku tak punya jawaban kenapa harus dirimu. Semuanya begitu terbiasanya. Hingga seolah kau memang telah tertulis ada di setiap lekukan hariku. Seperti udara. Mungkin takdir memang sengaja memilih kita. Semua ini gak akan pernah sama jika bukan denganmu.

Tetapi berkubang dalam keraguan tidak akan ada gunanya. Maka harapan-harapan itu telah kurangkum, kuajukan padaNya, Pemilikmu. Berharap Dia akan bermurah hati mempermudah jalan kita menyempurnakan setengah lagi dari dienNya. Tetapi sebelumnya, biarkan aku berterimakasih padamu. Pada kata yang tak pernah menjadi janji. Pada rindu yang tak pernah menjadi harap.





Di manapun kau berada, jodohku, aku percaya, Allah akan menjagamu untukku hingga saatnya nanti Ia akan mempertemukan kita.