Menikmati tepian pagi bersama secangkir kopi. Aroma ini, seolah aku
tengah berada di antara pepohonan, tanah yang lembab dan perapian. *apa
kabarmu, teman seperjalanan?
Kursimu tak akan pernah
diduduki oleh yang lain. Karena, seperti kau yang tak bisa menjadi
mereka, merekapun tak akan sanggup menjadi dirimu dan menggantikan
posisimu di kursi itu.
Terlalu banyak kebetulan di sini,
padahal ada seribu kemungkinan bahkan sampai tak terhingga. Tapi
sebenarnya, tak pernah ada 'kebetulan' di dunia ini. Tuhan tak mungkin
membuat sesuatu terjadi hanya untuk iseng-iseng saja, iya kan?
Kalaupun
sekarang gelap, bukan berarti matahari itu tak ada, sayang. Kita hanya
tengah berada di sisi bumi yang berbeda. Terkadang kita lelah. Wajar
sajalah, kita adalah manusia yang punya keterbatasan. Kalau sudah
begitu, ingat saja alasan kenapa kamu ada, maka kamu akan kuat. Kamu
ada, hanya untuk mengabdi kepadaNya. Hanya itu! Dia akan menjagamu. Dan
Dia juga akan mencukupimu. Percaya sajalah.
'Simpan saja rindumu itu untuk besok. Aku sudah mengantuk,' kata mata kepada hati.
'Entahlah.. Aku sudah lupa bagaimana rasanya jatuh cinta.' Kali ini otak yang menjawab pertanyaan hati.
Kamu
lelah. Aku juga lelah. Masalah memang terkadang menghajar kita tanpa
ampun, menguji hingga batas kesabaran. Tetapi tidak ada alasan, kita
harus bisa melewatinya. Jadi, bisakah kita bicara selayaknya orang
dewasa berbicara?
Kaki : 'Aku goyah. Tak kuasa lagi
menopang kemauanmu, duhai hati. Sejenak izinkan aku bersimpuh, agar luka
akibat tajamnya kerikil ini mengering.'
Hati kita; berada di suatu tempat di dalam genggaman Nya. Tak perlu ragu, semua pasti akan baik-baik saja..
Baiklah,
sepertinya sudah tiba saatnya bagi kita untuk keluar sejenak dari
kegilaan ini. Bagaimana kalau kita menyeduh teh jahe saja? Karena
berhenti tanpa melakukan apa-apa, bukankah hal bodoh itu namanya?
Tak peduli apa, selalu kelebihan satu alasan untuk bertahan.
Aku berbicara di level quanta. Mungkin gaungnya tak terdengar, tapi mustahil kau tak merasa.
'Jangan tawar menawar idealisme dengan saya!' tegas hati sembari menatap ego tepat-tepat.
Jangan
terlalu mudah meletakkan penilaian terhadap orang lain, sayang.. Karena
kita bukanlah mereka sehingga kita tak tahu persis keadaan mereka.
Bahkan kita sendiri saja tak tahu bagaimana kedudukan kita di timbangan
Tuhan.
Apa menurutmu aku masih akan ke Jepang jika Sakura
yang kucari telah mekar di Italy? Sudah setengah jalan. Apa lebih baik
aku pulang saja? Entahlah. Mungkin aku yang salah membaca peta. Atau
mungkin sedari awal Sakura itu memang tak pernah ada di sana.
Kopi
ini, masih sehangat biasanya, di mana potongan rindu terlarut sempurna
dalam wanginya. Terima kasih, telah menjaga (hati)ku.
Apapun
akan kuhadapi. Tapi tidak untuk berbagi hati. Bagaimanapun adanya
diriku, ku ingin hanya ada aku saja, tak suka ada pembanding walaupun
pada akhirnya tetap akulah pemenangnya. ~Terima kasih. Senang pernah
mengenalmu, uni..~
Aku pun pernah begitu, hanya ingin
didengarkan saja.. Cuma bisa berharap yang terbaik untukmu. Maafkan aku,
dan juga untuk janji yang belum bisa kulunasi.
Jangan
memuji perempuan lain cantik di depanku, sayang. Karena di telingaku,
itu terdengar seolah kau tengah membanding-bandingkan aku dengannya.
..di
antara rintik yang berpacu menyembah bumi, kembali hujan memayungi
kita. Entah dengan cara bagaimanakah tanya akan menemui muara, nanti.
Aku hanya percaya.
Gerimis kali ini benar-benar menghangatkan hati, dan kau memanggilku dengan namaku. Terima kasih telah menopang gundahku.
Kamu
tahu? Jalan berliku ini sungguh melelahkan. Jadi, maukah kau, selalu
berdiri di tempat yang bisa ku lihat? Karena aku hanya manusia biasa,
sayang. Setangguh apapun aku, semangatku bisa saja layu dan gugur ke
tanah.
Aku pikir, segala sesuatu terjadi mungkin memang
sudah seharusnya terjadi. Sejanggal apapun kelihatannya suatu benda,
jika kita mau sedikit bersusah payah mengelilingi dan melihat dari sisi
lainnya, maka kita akan mengerti bahwa memang di sanalah sesuatu itu
seharusnya berada.
Aku tahu, kau tak bertanggung jawab
untuk ketidakbahagiaanku. Setidaknya itu juga yang dikatakan oleh
artikel-artikel motivasi yang pernah aku baca. Aku pun tidak
menyalahkanmu. Aku hanya ingin memberitahumu betapa tidak enaknya tidur
dibayang-bayangi mimpi tentang kamu. Itu saja. *next project.
*semangat..!
Tuhan lebih tahu apa artimu bagiku. Hanya
ingin mengatakan itu saja. Karena aku tak pernah punya cukup kata untuk
menggambarkan perasaan ini, walaupun aku ingin kau dan seluruh dunia
mengetahuinya.
Tuhan, jika jalan menuju impian memang
harus seberliku ini, maka hamba mohon berikanlah hamba sepasang mata
yang terang. Agar hamba tak salah membaca peta walau dalam remang
sekalipun. ..aamiin..
Dengarkan saja aku. Jangan kau
bantah. Jangan kau pasang raut tidak setujumu. Jangan mengatakan aku
harus begini harus begitu, tak boleh begini tak boleh begitu. *masih
ingin egois.
Aku sedang meminta kesabaranmu. Apa kau
sanggup melepasku belajar dan mendekapku kembali saat ku lelah, salah,
bahkan mungkin kalah? Mungkin aku akan terluka di perjalanan nanti, apa
kau bisa merawat sakitku tanpa kau harus bertanya kenapa dan bagaimana?
*egois berlanjut. :D
Ku titip rindu pada langit, biar hujan yang menyampaikannya padamu.
Dan
ya, harus ku akui, bintang itu masih tetap sama di mataku, di hatiku.
Bahkan lebih indah. Karena gelap membantuku mengenalinya.
Beri
aku waktu, satu tahun dari sekarang. Jangan tanya kenapa; kau tahu
jawabannya. Jangan tanya bagaimana; aku pun tak tahu caranya. Lihat
saja.
Aku tak peduli kau menamakan ini nekad atau apa. Aku hanya yakin; impian ini sedang menyusun diri.
Paradoks.
Apa kau tahu, bagaimana rasanya ketika bertahan dan menyerah di saat
yang bersamaan? Aku tahu. Apa kau tahu bagaimana rasanya tertawa dan
menangis di detik yang sama? Aku tahu. Orang bilang, mustahil merasa
bahagia dan sedih dalam satu waktu. Tapi aku bisa. Menurutmu, harus ku
beri nama apa perasaan ini?
Aku sudah tidak lagi menitip rindu lewat malam, hujan, atau pun embun. Tapi langsung padaNya, Pemilik Jiwamu, sayang.
Aku tak lagi perlu bertanya dan bertanya-tanya tentang kapan dan bagaimana. Tapi hanya sedang menanti keajaiban.
Tidak ingin egois lagi. Baiklah. Maukah kamu mengajari aku mendayung sebelum badai datang dan menenggelamkanku, please..
Cinta
belum lewat. Ia masih berada di tikungan kemarin, di tempat di mana aku
meninggalkannya, sayang. Dan aku telah berjanji untuk menjemputnya
ketika aku kembali nanti. Maafkan aku, sepertinya akan terlambat sampai
di rumah. Aku masih di sini, masih berjuang untuk pulang.
Apakah
kedudukan kita masih satu sama? Kamu yang tak pernah mau merasa kalah
dari aku. Yang ujung-ujungnya kita malah berdebat berjam-jam untuk semua
hal yang gak penting. Seperti cuaca, padahal walau kita mau perang
mulut seperti apapun yang namanya hujan kalau mau turun ya tetap akan
turun juga.
Oh, ayolah..., kalau kamu mau, kamu kan bisa
langsung ambil aja. Gak perlu curang begitu. Rugi. Soalnya kalau
ternyata nanti di kemudian hari terbukti bahwa yang mau kamu ambil itu
bukan hak kamu, entah dengan cara bagaimana pasti bakal lepas juga dari
tanganmu.
Qlo udah begitu, kamu cuma dapet capenya doang. Udahlah curang, eh yang diambil dengan susah payah itu malah ilang.
Aku,
kamu, dia; kita; pion-pion sempurna rencanaNya. Kerjakan saja bagianmu,
aku juga hanya akan mengurus urusanku. Ada hal-hal yang kita hanya bisa
menampak kulitnya tapi tak tahu isinya. Bijaksanalah.
Hanya sedang ingin bermanja dengan luka. Ya. Hati ini masih bayi. Rapuh. Akan ada saatnya ia terbang. Nanti.
Aku
menyukai senyummu, fragmen kecil yang kusimpan di sudut hati. Hangatnya
membekas di sini. Coba katakan, alasan apa hingga aku tak boleh
menginginkan dan memintanya?
Rindu ini sudah tak lagi bertepi. Jadi, jika nanti aku pergi, ku tunggu kau di gerbang abadi.
Hari
ini, aku tersenyum. Ya, kamu, keindahan yang kusimpan di dalam hati.
Banyak yang bertanya apa artimu bagiku, tapi hanya bisa kujawab dengan
senyuman.
Terlalu indah, sayang, hingga aku takut, kata-kata nantinya malah akan merusak keindahannya.
Jika
ada tempat terakhir yang ingin kukunjungi, itu pastilah hatimu. Agar
sepeninggal aku, kamu tak perlu lagi mencari sebelah hatimu yang dulu
telah kucuri.
Jangan dipaksa kalau memang kamu tak kuat. Kamu tak mau hatimu berdarah 'kan?
Kamu baik-baik ya di sana. Selamat meraih mimpi, sayang..
Menikmati
tepian pagi bersama lagu tentangmu. Apa kabarmu, kawan? Semoga
baik-baik saja. Meskipun aku tak selalu bisa mendoakanmu, Tuhan pasti
tak akan lengah menjagamu. Selalu.
...dan hujan, masih setia memainkan lagu yang sama di telingaku, menghangatkan hati selalu : rindu.
Maaf, otakku itu kecil. Jadi, tolong jangan memakai bahasa isyarat, sayang. Aku takut nanti dia akan pecah mengartikannya.
You are my wings to fly. Take care.
Jika yang kamu minta itu adalah berlian terbaik, maka wajar saja jika jam tunggunya lebih panjang dan harganya lebih mahal.
Aku hanya ingin tahu kabarmu, kawan. Apakah kamu bahagia hari ini?
Sungguh
ku berharap, Tuhan menjawab semua doamu dengan anggukan, walaupun
mungkin kau harus menunggu hingga beberapa saat hingga apa yang kau
inginakan sampai ke telapak tanganmu.
Aku hanya ingin
menjadi manusia saja; yang tidak memakan bangkai saudaranya sendiri
dengan menceritakan keburukannya di belakangnya, baik itu fakta ataupun
prasangka.
Bukankah Tuhan telah mengharamkan atasku darah dan kehormatan saudaraku?
Sesekali, aku ingin menari bersama hujan. Tak perlu takut dingin. Tak perlu risau basah. Tak perlu cemas lumpur.
Tapi
aku tidak akan menangis, walau airmataku tak akan kentara dibasuh
hujan. Aku hanya ingin merasakan guyurannya saja. Karena dengan begitu,
luka ini tersapu. Hilang.
Hanyut. Meresap dalam ke pori-pori bumi.
Sedang menunggu kabar buruk. Apakah kamu yang akan mengantarkannya tepat ke mukaku?
Tidak
ada kabar baik ataupun kabar buruk, tergantung kamu menyikapinya
bagaimana. Putih bisa saja terlihat abu-abu kalau kamu melihatnya
memakai kacamata hitam.
Have a nice Sunday. Semoga akhir pekanmu menyenangkan, kawan.
Terima kasih sudah mau berusaha meluangkan waktu. Begitu pun sudah cukup berarti bagi saya.
Sampai ketemu lagi, nanti. Insya Allah.
Males
mikir, males bertanya dan bertanya-tanya. List aja di dream book. Untai
dalam doa. Begitu lebih baik daripada kamu gak tau mau ngapain. Biar
hati yang akan menuntunmu, harus melewati jalan yang mana.
Banyak
hal yang gak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Setidaknya, sekarang.
Tunggulah satu, dua, tiga bulan lagi. Mungkin satu atau dua tahun lagi.
Maka nanti, ketika keajaiban itu merupa, kamu akan berdecak menyadari
bahwa sesungguhnya dia telah bekerja. Bahkan sejak dari pertama kamu
memikirkannya.
Ya Rabb.., tempatkan selalu orang-orang
yang saya cinta dalam penjagaanMu. Karena yang bisa saya lakukan
hanyalah menyapa mereka dalam doa.
..aamiin..
Selasa, 06 Desember 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar